Select Your Favourite
Category And Start Learning.

Metode pelaksanaan pondasi Agregat kelas A, kelas B dan Kelas S

Metode pelaksanaan pondasi Agregat kelas A, kelas B dan Kelas S-  Pada kesempatan ini saya akan berbagi pengalaman di proyek jalan khususnya tentang metode pekerjaan pondasi jalan. Seperti yang sudah dijelaskan di artikel sebelumnya Struktur perkerasan jalan aspal bahwa struktur jalan terdiri dari berbagai lapisan struktur mulai dari pondasi agregat kelas B (LPB), pondasi agregat kelas A (LPA), AC-BC, AC-WC dan sebagainya. Masing- masing lapisan struktur mempunyai metode pelaksanaan yang berbeda. Khusus untuk pekerjaan LPA, LPB, dan LPS tidak menggunakan bahan material aspal karena struktur tersebut masuk dalam kategori pondasi jalan. Sebelum memulai penjelasan tentang metode pelaksanaan, berikut ini saya sampaikan apa yang dimaksud dengan lapis pondasi agregat pada jalan. 

Lapis pondasi agregat adalah lapisan struktur yang berada di atas tanah /sub grade yang berfungsi untuk memberikan daya dukung pada jalan sehingga permukaan jalan tetap dalam kondisi stabil. pondasi memegang peranan penting dalam ketahanan suatu jalan. Sebagian besar kerusakan aspal jalan disebabkan karena lapis pondasi agregat tidak kuat dan tidak stabil seperti pada penjelasan artikel Penyebab Kerusakan Pada Aspal JalanLapis pondasi agregat dibagi menjadi 2 tipe struktur yaitu agregat kelas A dan agregat kelas B. Berikut penjelasan selengkapnya. 

1. Lapis Pondasi Agregat Kelas B

LPB adalah lapis pondasi agregat yang berada di atas tanah dasar /subgrade. Tanah dasar di bawah LPB bisa berupa tanah asli maupun tanah timbunan dan galian. Lapis pondasi agregat kelas B ini merupakan campuran dari berbagai fraksi agregat dengan ketentuan gradasi sesuai dengan Tabel SNI berikut.

Tabel di atas adalah gradasi lapis pondasi agregat mulai dari kelas A, kelas B dan kelas S. Agregat yang lolos saringan sesuai dengan kriteria akan dicampur menjadi lapis pondasi. Komposisi campuran agregat kelas B tergantung dari Job Mix Formula yang telah dibuat. Pembuatan JMF dimulai dengan berbagai pengujian material agregat antara lain pengujian berat jenis, CBR, uji kekerasan batu (abrasi), dan lain sebagainya. Contoh komposisi Agregat kelas B hasil dari JMF adalah sebagai berikut

Fraksi 1 (37.5 – 50) = 15%

Fraksi 2  (0 – 37.5)  =  53%

Fraksi 3 (Pasir )      = 32%


Pembuatan komposisi agregat kelas B harus memenuhi syarat sebagai berikut. 

A. Metode Pelaksanaan Agregat kelas BPelaksanaan agregat kelas B dilakukan setelah subgrade siap. Berikut langkah- langkah pekerjaan agregat kelas B.

  1. Pekerjaan persiapan subgrade. Apabila sudah siap maka dilakukan pengukuran menggunakan alat ukur seperti TS, theodolit maupun waterpass. 
  2. Proses pemecahan batu menjadi fraksi yang diinginkan menggunakan Stone Crusher
  3. Blending material mulai dari fraksi 1, 2 dan 3 sesuai komposisi JMF. Blending bisa menggunakan alat blending plant. Jika tidak tersedia, blending bisa menggunakan excavtor maupun wheel loader
  4. Proses pengangkutan dari stockpile menuju lokasi penghamparan menggunakan dump truck. 
  5. Penghamparan agregat menggunakan Motor Grader. Tebal hamparan agregat maksimum 20 cm. 
  6. Proses pemadatan menggunakan alat berat vibro roller. Pada saat pemadatan perlu menjaga kadar air. Oleh karena itu perlu dilakukan penyiraman menggunakan truck water tank. 
  7. Pengujian ketebalan LPB atau tes spit
  8. Pengujian kepadatan agregat menggunakan metode sand cone. Tingkat kepadatan sampai 100%. 
  9. Pengujian CBR lapangan dan CBR lab. Nilai CBR minimal 60%

2. Lapis Pondasi Agregat Kelas A

Lapis pondasi agregat kelas A (LPA) adalah campuran agregat dengan berbagai fraksi dan material yang digunakan untuk pondasi perkerasan aspal maupun perkerasan beton. LPA ini berada di atas LPB. Perbedaan antara LPA dan LPB adalah komposisi campuran dan kriteria pondasi. Kriteria pondasi agregat kelas A bisa dilihat pada tabel di atas. Contoh komposisi agregat kelas A pada JMF antara lain:Fraksi 1 (20- 37.5) = 38% Fraksi 2 (10- 20)    = 19% Fraksi 3 (0 – 10)     = 25%Fraksi 4 (pasir)       = 18%
Komposisi di atas tidak mutlak karena setiap proyek mempunyai JMF sendiri. Yang terpenting adalah memenuhi kriteria pada tabel 5.1.2. (2)
Metode Pelaksanaan Agregat Kelas A
Pelaksanaan lapis pondasi agregat kelas A hampir sama dengan LPB. Berikut langkah kerja pondasi agregat kelas A. 

  1. Apabila lapis pondasi agregat kelas B sudah finish grade, maka dilanjutkan dengan agregat kelas A 
  2. Proses pemecahan batu menjadi fraksi yang diinginkan menggunakan Stone Crusher.
  3. Blending material mulai dari fraksi 1, 2, 3 dan 4 sesuai komposisi JMF. Blending bisa menggunakan alat blending plant. Jika tidak tersedia, blending bisa menggunakan excavtor maupun wheel loader
  4. Proses pengangkutan dari stockpile menuju lokasi penghamparan menggunakan dump truck. 
  5. Penghamparan agregat menggunakan Motor Grader. Tebal hamparan agregat maksimum 20 cm. 
  6. Proses pemadatan menggunakan alat berat vibro roller. Pada saat pemadatan perlu menjaga kadar air. Oleh karena itu perlu dilakukan penyiraman menggunakan truck water tank. 
  7. Pengujian ketebalan LPA atau tes spit
  8. Pengujian kepadatan agregat menggunakan metode sand cone. Tingkat kepadatan sampai 100%. 
  9. Pengujian CBR lapangan dan CBR lab. Nilai CBR minimal 90%.

3. Lapis Pondasi Agregat Kelas S

Lapis pondasi agregat kelas S adalah perkerasan berbutir yang digunakan sebagai bahu jalan. Bahu jalan terletak di tepi kanan dan kiri badan jalan. Biasanya lebar agregat kelas S 1,5 – 2 m dan tebal 15 cm. Campuran yang digunakan untuk membuat LPS ini tergantung dari JMF yang telah dibuat oleh kontraktor. Yang terpenting adalah memenuhi syarat Tabel 5.1.2. (2). Contoh komposisi lapis pondasi agregat kelas S adalah Fraksi 1 (10 – 25) = 30%Fraksi 2 (Pasir)    = 70%
Metode Pelaksanaan Agregat Kelas SPelaksanaan lapis pondasi agregat kelas S biasa dilakukan setelah perkerasan aspal AC-WC. Berikut metode pelaksanaan yang biasa dilakukan.

  1. Material agregat S di atas LPB pada bahu jalan. 
  2. Proses pemecahan batu menjadi fraksi yang diinginkan menggunakan Stone Crusher.
  3. Blending material mulai dari fraksi 1 dan 2 sesuai komposisi JMF. Blending bisa menggunakan alat blending plant. Jika tidak tersedia, blending bisa menggunakan excavtor maupun wheel loader
  4. Proses pengangkutan dari stockpile menuju lokasi penghamparan menggunakan dump truck. 
  5. Penghamparan agregat menggunakan Motor Grader disesuaikan dengan kemiringan bahu jalan. 
  6. Proses pemadatan menggunakan alat berat vibro roller. Pada saat pemadatan perlu menjaga kadar air. Oleh karena itu perlu dilakukan penyiraman menggunakan truck water tank. 
  7. Pengujian ketebalan LPS atau tes spit
  8. Pengujian kepadatan agregat menggunakan metode sand cone. Tingkat kepadatan sampai 100%. 
  9. Pengujian CBR lapangan dan CBR lab. Nilai CBR minimal 50%. 

Proses pelaksanaan pondasi agregat harus benar- benar dilakukan sesuai dengan prosedur karena sangat berpengaruh terhadap kualitas badan jalan.
Demikian ulasan mengenai Metode pelaksanaan pondasi Agregat kelas A, kelas B dan Kelas S